Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Eps: Skandal Membawa Nikmat


Dalam suasana saat itu kembali mereka melanjutkan perjalanan sambil berangkulan takut terjatuh karena jalanan setapak yang licin. Perjalanan menuju rumah Pak Nur masih jauh. Syukurlah mereka menemukan sebuah tempat berlindung di antara kaki bukit dalam hutan itu.


Meskipun tak terlalu luas namun cukup untuk membuat mereka berdua berteduh dari hujan yang cukup deras. Mereka masuk ke dalam celah batuan yang menyerupai goa itu untuk berteduh. Pak Nur meletakkan tas yang berisi hewan buruannya tadi lalu melepaskan baju dan celananya yang sangat basah oleh hujan. Reisa seolah malu melihat keadaan pak Nur. Ia hanya melengoskan wajahnya kearah lain tak ingin melihat ke arahnya.


Pak Nur berkata pada Reisa agar mengeringkan bajunya agar tak sakit nantinya. Reisa merasa malu untuk melepas busananya, apalagi saat itu ada pria asing. Pak Nur pun memberikan alasan agar Reisa jangan terlalu merasa malu padanya sebab kesehatan lebih penting. Apalagi saat itu bajunya sudah basah semua. Pak Nur pun berusaha mencari tempat lain agar Reisa tak merasa di lihat olehnya. Bagaimanapun Reisa merasa tak enak hati jika berbugil ria didekat pak Nur.


Merasa aman dari pandangan Pak Nur, secara perlahan Reisa melepaskan busana atasnya, juga kaos dalam yang selalu ia pakai, namun masih memakai bh putihnya. Terlihat belahan dadanya yang putih dan mulus itu basah oleh hujan dan tanpa melepas bh ia pun berusaha menjemur bajunya dengan meletakkan di atas batu yang masih kering dalam goa itu. Pak Nur tanpa sepengetahuan Reisa masih memperhatikan tubuh Reisa dari jauh. Ia amat menikmati kehalusan kulit tubuh Reisa. Tubuh putih itu lalu melepas celana panjangnya dan tersisa celana pendek yang selalu di pakai Reisa. Celana panjangnya ia jemur dekat baju atasanya. Kini Reisa hanya memakai celana pendek dan bra yang masih menggantung di tubuhnya. Dengan kedua tangannya ia tutupi benda kenyal miliknya itu dengan rapat takut kelihatan pak Nur.


Tiba tiba Pak Nur mendekatinya, Reisa terlihat kaget dan makin merapatkan silangan di dadanya. Sambil berkata pada Reisa, pak Nur berusaha memberi Reisa rasa tenang. Reisa masih diam karena kondisi tubuhnya tak memungkinkan ia bergerak sebab jika bergerak akan menyebakan bagian tubuhnya akan terlihat. Pak Nur lalu mengajak Reisa berbincang bincang mengenai hubungan Reisa dan Jonas. Dengan jawaban seadanya Reisa menjawab bahwa ia sudah lama tak kontak lagi dengan Jonas yang mungkin sudah melupakannya. Perasaan emosi Reisa terpancing oleh kata kata Pak Nur saat itu. Tanpa ia sadari Pak Nur semakin merapat ke tubuhnya yang tidak mengenakan baju saat itu.


Tak sulit memang saat itu karena situasi yang membuat kedua tubuh anak manusia itu semakin merapat seolah membagi kehangatan yang tersisa di tubuh mereka. Reisa semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh pak Nur seolah merasakan kembali pelukan Jonas. Pak Nur tak melewatkan kesempatan itu, dia seakan tahu apa yang harus ia perbuat pada tubuh sintal dan mulus itu. Pak Nur berusaha merebahkan kepala Reisa di bahunya dan membuatnya nyaman. Reisa pun mengikuti saja tindakan pak Nur. Ia semakin rebah di bahu Pak Nur dan memicingkan matanya yang ia rasakan semakin didera rasa ngantuk. Tangan Pak Nur meraih jemari Reisa dan meremasnya ingin memberikan kehangatan genggaman pada Reisa. Reisa seolah rela saja menerimanya dengan menyambut genggaman jari tangan kasar milik pak Nur.


Pak Nur merasakan Reisa tak menolak jika di genggamnya. Ia lalu menghembuskan hawa nafasnya yang hangat ke balik telinga Reisa. Rasa hangat dan geli dirasakan Reisa dengan semakin menggemgam erat tangan Pak Nur. Kini tampak Reisa pasrah di pelukan laki laki seusia ayahnya. Tubuh Pak Nur merasakan dengan nyata detak jantung Reisa yang semakin kencang, apalagi mereka tak dibatasi oleh pakaiannya. Kini kulit kedua manusia berlainan jenis dan usia yang jauh itu semakin dekat. Rasa hangat yang terasa diantara mereka mulai mampu memercikan gairah dan birahi yang semakin nyata. Perlahan Pak Nur semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Reisa. Tanpa malu pak Nur berusaha mencium pipi dan balik telinga Reisa. Saat itu tak tampak Reisa menolak perlakuan Pak Nur kepadanya. Reisa hanya merasakan ia amat butuh kehangatan yang terasa nyata di sekujur tubuhnya dari tubuh Pak Nur.


Perlahan Pak Nur mengendurkan genggamannya dan jarinya mulai merayap kearah payudara Reisa yang saat itu hanya tertutup bh. Tangan pak Nur berusaha melepaskan silangan tangan Reisa. Tak ada penolakan yang berarti saat itu. Kini jari jari Pak Nur dengan bebasnya meraba dan meremas kedua bukit kembar Reisa yang masih tertutup bh itu. Seakan memiliki mata, jari pak Nur melepaskan cup penutup putting bh yang dikenakan Reisa. Bh itu pun terbuka namun masih berada didada yang putih mulus itu. Jari jari Pak Nur tak henti hentinya melilin dan meremas kedua bukit salju yang indah menawan itu.


Perbuatan pak Nur itu membuat Reisa semakin terpuruk ke jurang birahi yang tak sanggup diungkap dengan kata kata. Kesempatan itu tak disia-siakan pak Nur menurunkan wajahnya untuk mengemut dan menjilat kedua bukit kembar yang empuk dan montok itu. Reisa tak mampu melihat perbuatan pak Nur saat itu. Pikiran sehatnya tak bekerja dengan baik dan malah cenderung menuntunnya untuk menerima dan membalas rabaan dan jilatan pak Nur tersebut. Puas di wilayah dada Reisa, perlahan tapi pasti tangan pak Nur terus turun ke arah selangkangan Reisa yang masih mengenakan celana pendek dan celana dalam. Tangan Pak Nur langsung masuk ke arah titik intim di tubuh Reisa. Jari jari kasar pria setengah baya itu masuk di celah lepitan kelamin Reisa. Jari-jari itu terus masuk di celah itu hingga menemukan daging kecil yang terletak diantara celah kelamin Reisa. Reisa seolah kembali menemukan kenikmatan yang sudah tak ia dapatkan sejak Jonas pergi. Dokter muda itu hanya mampu menerima perlakukan Pak Nur pada tubuhnya dengan memejamkan matanya. Tubuhnya kini sudah di tuntun sepenuhnya oleh pak Nur. Tak memakan waktu lama bagi Reisa mendapatkan orgasme. Diraihnya kepala Pak Nur yang saat itu sedang berada di belahan dadanya.


Setelah merasakan orgasme yang datang, Pak Nur berupaya melepas celana pendek dan dalam Reisa. Setelah semuanya terlepas dari pemiliknya tubuh Reisa sudah tak tertutup selembar benang pun. Pak Nur sangat takjub melihat tubuh mulus dan menggairahkan itu yang kini terpampang nyata di depannya. Tubuh dokter muda itu kini tak berdaya dan pasrah menerima yang akan dilakukan si pria setengah baya. Pak Nur lalu menurunkan wajahnya ke celah yang masih basah oleh cairan orgasme Reisa. Mulutnya melata mencari liang yang selama ini amat ia inginkan. Kembali kesadaran Reisa pulih saat lidah kesat itu perlahan masuk di celah kemaluannya. Rasa geli dan sengatan birahi membuatnya semakin tak mampu menahan laju gairah pak Nur. Kedua kakinya ia rapatkan agar kepala Pak Nur menjauh dari celah intimnya itu. Namun semuanya percuma. Ketika ia merasakan adanya gejolak dari dalam tubuhnya, tubuhnya seakan merestui perbuatan Pak Nur itu. Bahasa tubuh Reisa mampu mengalahkan pemberontakan akal sehatnya yang mulai pulih ketika itu.


Tak lama memang Reisa merasakan kembali meledakkan cairan di pusat kewanitaanya itu. Liang kemaluannya mengeluarkan cairan pertanda ia sudah mendapatkan orgasme untuk kedua kalinya. Pak Nur masih sibuk menjilati liang yang kini basah oleh cairan cinta Reisa. Dengan lahap dan tanpa jijik, ia telan lendir yang keluar dari celah kelamin Reisa. Reisa kembali merasakan tubuhnya lemah total dan tak mampu bergerak. Syukurlah saat itu, hujan pun sudah berhenti. Pak Nur melepaskan tubuh Reisa dari dempetannya lalu mengambil pakaian Reisa dan menyerahkan pada dokter itu. Sambil berkata agar cepat berbenah sebab secepatnya bisa sampai di rumah. Dengan muka sedikit merah karena malu, Reisa mengenakan pakaiannya yang sudah terlepas tadi. Ia tak mampu memandang kepada Pak Nur karena bagimanapun kini ia sudah merasa terbuai oleh laki laki paruh baya itu. Reisa merasakan tak ada lagi yang ia banggakan apalagi Pak Nur sudah melihat dan memberinya kenikmatan meski mereka belum melakukan hubungan kelamin.


Selama perjalanan mereka hanya diam membisu. Tak lama mereka sudah sampai di rumah panggung Pak Nur. Reisa disarankan pak Nur untuk mandi sebab tubuhnya sudah basah oleh hujan dan perbuatan mereka di goa tadi. Reisa pun berjalan ke arah kamar mandi yang terbuat dari bambu itu. Setelah selesai ia menaiki rumah dan mengganti pakaiannya dengan baju tidur. Saat itu pak Nur masih membersihkan burung yang ia buru di ladangnya tadi dan memasaknya. Malam itu setelah semuanya selesai berdua saja mereka makan. Pak Nur menyuguhkan hewan yang ia buru siang tadi. Dengan duduk di lantai mereka makan dengan lahap.


Setelah merasakan kenyang makanan itu di bereskan oleh wanita yang malam kemarin berhubungan badan dengan Pak Nur. Reisa memuji masakan Pak Nur dan amat menikmati hewan buruannya. Dengan bangga pak Nur menceritakan tentang keahliannya berburu hewan di hutan. Begitu juga dengan bumbu masakan yang ia campurkan ke makanan. Cahaya lampu dinding di rumah itu semakin menambah kesan romantis malam itu. Reisa tak melihat wanita yang tadi membereskan makanannya. Pak Nur pun mendekat kearah duduk Reisa. Sambil meraih jemari Reisa, ia menarik tangan wanita itu ke bibirnya dan diciumnya. Reisa berusaha menarik tangannya, namun genggaman tangan Pak Nur sangat kuat. Pak Nur menarik tubuh Reisa kepelukannya. Reisa tak bisa menahan tarikan itu hingga tubuhnya rebah di pelukan Pak Nurfea. Dengan gencar pak Nur mengulum bibir tipis milik Reisa. Reisa seakan tak mampu bernafas.


Ciuman pak Nur itu membuatnya semakin tak mampu lepas dari belitan tangan Pak Nur. Reisa pun menurut dan membalas ciuman org yang cukup ia segani dan tempat berlindungnya itu. Belitan lidah pak Nur mampu membakar birahi Reisa. Apalagi tangan pak Nur ikut juga meraba dada yang masih terbungkus kemeja piyama Reisa. Jari itu kembali menggerayangi bukit kembar milik Reisa. Wanita itu hanya mampu menerima semuanya tanpa penolakan sedikitpun setelah sekian lama ia gersang tak merasakan kenikmatan hubungan biologis lagi. Pak Nur menghentikan tindakannya itu. Pakaian Reisa sempat acak acakan. Sambil bangun dari duduk, pak Nur menarik tubuh Reisa agar berdiri mengikutinya.


Kemudian Reisa di giringnya masuk kekamarnya. Reisa sadar ia akan diperlakukan pak Nur seperti wanita yang kemarin ia intip. Sampai di dalam kamar, pak Nur melepaskan genggaman pada Reisa yang masih berdiri mematung memandangnya. Pak Nur menutup pintu kamar. Reisa lalu di ajak ke tepian ranjang kayu milik Pak Nur. Ranjang itu hanya beralaskan tikar pandan namun terasa amat hangat. Saat berhadap hadapan dengan pak Nur, Reisa tak mampu memandangnya. Bak seorang penganten baru, pak Nur menciumi bibir Reisa beberapa saat. Reisa hanya menerima saja. Kemudian Pak Nur melepaskan satu persatu kancing piyama Reisa hingga lepas dan hanya tinggal bh saja. Kemudia Bh itu pun ia lepaskan dan kini dada mulus milik Reisa terpampang di muka Pak Nur. Dada Reisa masih kencang dan montok, di lehernya teruntai kalung emas yang amat serasi dengan kulit pemiliknya yang putih.


Seperti seorang bayi dewasa, pak Nur kembali menetek pada dada Reisa yang kini semakin mengeras oleh gerakan mulut Pak Nur. Reisa semakin tenggelam oleh samudera birahinya sendiri. Kedua tangan pak Nur menahan bahu Reisa agar dapat ia pilin dan beri cupangan di dada mulus itu. Reisa seperti makluk yang amat sensitif akan gairah yang dipancarkan Pak Nur. Pria itu akhirnya merebahkan tubuh indah itu di dipannya. Ia kembali berusaha melepas celana piyama Reisa juga celana dalamnya, tak sulit memang apalagi Reisa sudah tak menolak dan mungkin juga ingin melakukan bersama laki laki tua itu. Kini tubuh dokter itu sudah polos seperti bayi dewasa yang butuh belaian dari laki laki dewasa. Pak Nur pun tak mau kalah, melihat tubuh yang selama ini menjadi khayalannya itu berada di depannya, ia lantas juga melepas semua pakaiannya hingga tak tersisa. Dengan bangga pak Nur ingin agar Reisa merasakan Benda miliknya yang sudah banyak makan korban itu. Memang selama ini Pak Nur bukanlah orang sembarangan, secara luarnya orang hanya tahu ia adalah laki laki tua yang hanya bertugas di pulau itu dan memiliki seorang istri.


Namun semua itu adalah karena kepintarannya menutupi yang sebenarnya. Pak Nur yang saat itu sudah berusia kira 54 tahun sudah banyak mengambil korban wanita. Semenjak ia berusia 18 tahun ia telah mencoba berbagai macam wanita untuk di tidurinya. Tak peduli itu anak gadis orang, juga ada istri orang yang bertugas di pulau itu, juga ada guru yang kini sudah pindah, kadang dengan bule wisatawan yang sering datang ke pulau itu juga pernah ia nikmati. Dan saat itu ia dapat menaklukan Reisa bukanlah pekerjaan yang besar baginya.


Dengan pengalamannya selama ini, pak Nur mulai membakar birahi Reisa. Dokter cantik itu hanya merem merasakan birahinya yang dibakar Pak Nur. Sekujur tubuh Reisa kini sedang di jilat bibir kasar laki laki itu. Tanpa melewatkan sedikitpun bagian bagian yang tersembunyi di tubuh dokter itu. Reisa merasakan dirinya semakin terbang di awang awang, berbeda saat ia mengalaminya bersama Jonas dulu. Pak Nur lalu membuka kedua paha Reisa yang terlihat mulai basah oleh keringatnya dan bulu bulu di paha itu membuat Pak Nur semakin yakin Reisa sudah bisa disetubuhi. Pak Nur kembali menjilat payudara Reisa dan sesekali mengigit putingnya. Kemudian lidahnya turun ke arah lepitan liang kelamin dokter itu. Lidah pak Nur dengan lancar masuk liang sempit itu meski sudah tak perawan lagi namun pak Nur masih merasakan jepitannya masih mampu membuat lidahnya tak bebas didalamnya. Reisa semakin terbang di awang awang merasakan tubuhnya semakin tak kuasa menahan birahinya.


Tiba tiba ia merasakan sesuatu yang akan keluar dari liang kemaluannya. Memang kini ia sudah orgasme, cairan kewanitaanya dihisap Pak Nur dengan lahap. Reisa semakin tak berdaya, tubuhnya lemah merasakan orgasme itu. Selesai melahap semua cairan yang keluar dari liang Reisa, pak Nur memposisikan diri di antara kedua paha jenjang itu. Tak sulit memang, apalagi saat itu Reisa sudah telentang meresapi kenikmatan yang baru ia rasakan. Pak Nur sadar ia harus kembali memancing gairah Reisa jika ingin menyenggamainya. Perlahan Pak Nur meraba dan memilin kedua payudara yang sudah licin karena keringat sang pemiliknya. Tak lupa Pak Nur mengulum lidah Reisa dan membelitnya. Reisa yang semula hanya pasif merasakan tubuhnya kembali ingin mengikuti kelakuan Pak Nur. Lidah Reisa kini pun membelit lidah Pak Nur. Kedua tubuh bugil itu kini sudah bercampur dan tak dibatasi apapun. Keringat keduanya semakin larut di kulit masing masing.


Reisa kembali terbakar birahi dan siap melakukan apa yang diingini Pak Nur. Reisa tak lagi merasakan kuatir terhadap apa yang kemarin ia intip. Pak Nur membuka kedua paha Reisa dan membukanya. Kedua paha Reisa dilipatkan keatas agar gampang ia masuki. Kini tubuh pak pak Nur sudah sejajar lalu berupaya masuk. Reisa tak mampu melihat usaha pak Nur yang mulai memasuki dirinya itu. Kepala kemaluan Pak Nur perlahan masuk bertahap. Mungkin karena amat besar dan panjang namun Reisa merasakan sedikit geli dan gatal bercampur ngilu, pak Nur memberi sensasi tersendiri pada Reisa. Pertemuan alat kelamin mereka mampu membuat Reisa dapat menerima Pak Nur. Pak Nur ingin merasakan kehangatan yang di berikan lipatan kemaluan Reisa. Perlahan meretas jalan hingga semua batang kokohnya amblas. Reisa masih menutupkan matanya. Pak Nur tak menarik kemaluannya dari liang yang masih ia rasakan sempit itu. Kini ia dapat merasakan detak jantung Reisa dan juga nafas berat Reisa dari dekat apalagi mereka telah menyatu. Pak Nur memandang wajah cantik Reisa dari dekat dan dalam hati amat mengaguminya. Ia tak menduga akan dapat merasakan tubuh dokter itu. Nafas berat Reisa membuat pak Nur semakin dalam merasakan bahwa Reisa sudah bisa menerima dirinya seutuhnya.


Bahu, dada, dan leher Reisa yang jenjang sudah basah oleh keringatnya sendiri. Pak Nur menarik pinggulnya perlahan lalu maju menusuk ke celah sempit itu. Reisa merasa ngilu di kemaluanya semakin hilang. Ia malah merasakan amat nyaman berada di dekapan Pak Nur. Kemudian pak Nur secara berulang memaju mundurkan kemaluannya kedalam vagina wanita itu. Masih menutupkan matanya, Reisa menggigit bibir bawahnya merasakan nikmat hubungan saat itu. Hujaman pak Nur amat berbeda dengan yang ia rasakan bersama Jonas dulu. Kedewasaan dan pengalaman pak Nur yang mampu mengontrol emosi membuat Reisa nyaman menikmati persebadanan itu. Kedua tangan Reisa meraih lengan Pak Nur yang kini semakin intens bergerak memberinya kenikmatan. Juga kedua payudaranya bergerak naik turun.


Payudara montok Reisa terlihat sangat indah saat itu apalagi saat basah oleh keringatnya. Reisa merasakan kembali orgasme dan mencengkram lengan Pak Nur dengan keras. Pak Nur tahu Reisa telah mencapai kenikmatan, namun ia masih belum apa apa. Pria itu memang amat pintar mengatur tempo persenggamaan. Sampai saat itu Pak Nur masih belum klimaks, padahal Reisa sudah tak kuat lagi merasakan hujaman di dalam rahimnya. Kedua pahanya ia rasakan amat pegal karena terbuka, juga pinggulnya seakan patah. Reisa sempat memohon kepada Pak Nur agar menyudahi saja persenggamaan itu, namun Pak Nur bukanlah orang yang gampang di suruh berhenti jika sudah melakukan sesuatu. Reisa semakin lemah dan tak kuat menerima sodokan di kemaluannya. Benar yang ia lihat malam itu, si wanita memohon agar berhenti dan terlihat sempat pingsan. Reisa tak ingin ia mengalami hal yang sama dengan wanita yang ia saksikan bersebadan dengan pak Nurfea saat itu.


Reisa mengakui Pak Nur memang kuat meskipun sudah tua. Ia masih kalah tenaga dengan laki laki itu, Jonas saja tak mampu seperti itu. Namun rasa orgasme memutus pikirannya saat itu. Reisa orgasme untuk kesekian kalinya. Ia pun meraih lengan Pak Nur dan menarik lehernya keatas agar dapat menciumi bibir tebal laki laki itu. Pak Nur tahu Reisa kembali orgasme dan ia sendiri merasakan akan merasakan hal yang sama. Dengan tak terlalu cepat pak Nur menghujamkan kemaluannya sedalam mungkin ke liang rahim Reisa dan melepaskan spermanya di dalamnya. Pak Nur baru bisa klimaks setelah hampir beberapa menit menggauli Reisa. Reisa merasakan ada rasa hangat di celah kemaluannya. Pak Nur masih berada diatas tubuh Reisa tanpa melepaskan kemaluannya. Kedua tangannya membelai wajah dan dada Reisa. Ia merasakan amat puas bersebadan dengan Reisa. Reisa hanya memandang wajah Pak Nur dari bawah dengan pandangkan sendu seolah kehabisan tenaga. Memang tenaganya terkuras habis saat bersebadan dengan laki laki tua itu. Seiring waktu kemaluan Pak Nur kembali kesosok semula dan terlepas dari jepitan liang Reisa. Saat itu barulah Pak Nur merebahkan tubuhnya di samping Reisa.


Kedua tubuh telanjang itu akhirnya tertidur dengan saling berpelukan. Jika ada yang melihat merasa janggal sebab laki laki yang memeluk wanita itu memang sudah tua dan tak pantas bersama wanita muda yang dokter itu. Namun yang terjadi dikamar itu adalah pemandangan yang telah biasa bagi Pak Nur. Di dipannya itu sudah sering ia mengeksekusi wanita yang ia inginkan memenuhi hasrat seksnya, tak terkecuali Reisa. Paginya Pak Nur bangun lebih dahulu dan menyuruh seseorang memasak makanan sebab ia akan mengajak Reisa makan pagi setelah tenaga keduanya terkuras oleh permainan semalam. Pagi itu mereka berdua makan pagi dan sebelumnya mandi. Sebelum berangkat kembali ke pulau, mereka masih menyempatkan berhubungan badan. Sejak berhasil meniduri Reisa, Pak Nur makin mudah untuk menikmati kehangatan tubuh dokter cantik itu kapanpun ia mau. Kini Reisa dan pak Nur sudah seperti suami istri yang bebas melakukan hubungan meski diketahui Bu Nur. Selain di rumah, mereka pernah melakukannya di ruang praktek, di hutan, di pantai yang sepi, atau di tempat-tempat lain.


Continue...


************************************************************************************************


Next....  Gejolak Asmara di Pulau 5. Eps: "Pendatang Baru."

  • Pak Nur tak menyangka bahwa Haryadi memiliki seorang istri yang amat cantik, baik, berpendidikan dan juga rendah hati. Di saat itu, Vira keluar kamar bersama suaminya mengenakan baju kaos putih dan celana pendek..
  • Saat di peluk Vira pak Nur nyata sekali merasakan gundukan dada sekal milik wanita itu. Namun tak ingin dianggap kurang ajar Pak Nur pun berusaha sedikit merenggangkan pelukannya dan menarik tangan Vira..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]