Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Eps: Takluknya Vira


Final Episode..

Dalam hati Vira bertanya apakah Pak Nur tesinggung dengan penolakannnya tadi. Vira lalu turun dari dipan dan keluar gubuk ingin tahu apa yang dikerjakan Pak Nur. Sesampai di pintu ia melihat Pak Nur berdiri sambil memegang kemaluannya dalam posisi membelakangi pintu.

Rupanya Pak Nur selesai buang air kecil dan sedang mengancingi celana panjangnya. Saat ia membalik ke arah pintu ia mendapati Vira sedang berdiri di pintu. Vira sedikit gugup dan merasa malu karena ia sempat memperhatikan saat Pak Nur buang air kecil tadi.

"ada apa Bu..?" tanya pak Nur,

"apa ibu ingin buang air kecil juga..?"

"Oh...tidak Pak..tadi saya kira bapak akan ke mana hujan hujan begini." jawab Vira gugup.

"O..saya lagi pingin kencing keluar bu, di sini jambannya jauh apalagi hujan begini jadi nggak sempat ke sana", terang Pak Nur,

"Ayo bu...masuk lagi di sini dingin sekali."


Vira berjalan duluan ke dalam gubuk dan menghenyakkan pantatnya di dipan. Sementara pak Nur terlihat kembali menutup pintu gubuk dan memalangnya.


Malam itu masih hujan, hawa dingin di luaran tadi mampu membuat tulang seakan rontok. Temaram cahaya lampu minyak seakan menambah suasana lain di dalam gubuk kayu itu. Di atas dipan yang beralaskan busa tipis itu Vira duduk menyandar dan mengatupkan kedua tangannya karena dingin. Pak Nur berjalan kearah Vira yang meringkuk karena dingin di dipan kayu itu.


"Dingin amat malam ini Bu" kata Pak Nur membuka percakapan.

"ya pak" jawab Vira,

"tapi di sini apa banjir Pak..?" tanya Vira

"tidak mungkin banjir Bu...selain tempat ini tinggi, di hutan ini tak pernah banjir, tapi ibu jangan kuatir, pondok ini cukup tinggi dan aman dari binatang buas kan lantainya dari kayu yang cukup aman dari tanah," terang Pak Nur.


Pak Nur pun duduk berdampingan dengan Vira. Suara hujan yang membasahi pondok itu masih jelas terdengar. Melihat Vira yang semakin kedinginan pak Nur berusaha merapatkan tubuhnya ke tubuh ibu muda itu.


"Agar ibu tak kedinginan ibu boleh ke pangkuan saya aja bu.." tawar pak Nur.


Vira masih tak merasa enak sebab ia tak ingin kejadian tadi terulang, namun belum sempat ia menjawab, pak Nur sudah memeluk tubuhnya ke dalam pelukannya. Vira tak kuasa menolaknya sebab selain perasaan dingin yang mendera saat itu adalah saat tubuhnya istirahat. Apalagi hawa hangat yang terpancar dari tubuh pak Nur membuatnya nyaman dalam pelukan laki laki tua itu. Vira pasrah saja saat Pak Nur memeluknya erat sambil meraih kedua jemari tangannya. Vira hanya memejamkan matanya merasakan hawa hangat yang amat ia butuhkann saat itu. Perlahan ia merasakan pipinya di belai jemari kasar Pak Nur. Vira hanya membuka matanya sebentar kemudian ia mengatupkan matanya lagi seolah menginzinkan Pak Nur membelai pipinya yang putih mulus itu. Tak perlu membuka matanya lagi, Vira merasakan jari tangan Pak Nur membelai belai balik telinganya dan tengkuknya. Di sana ia rasakan hangat yang mampu menaikkan gairahnya.


Di telinganya Vira mendengar permintaan halus dari Pak Nur untuk menciumi bibirnya lagi.


"Buuu..Vira,,saya cium lagi boleh kan..?" itulah pertanyaan yang sayup terdengar di telinganya.


Vira hanya melihat sebentar kearah Pak Nur namun tak menjawabnya. Bagaimanapun ia sebagai wanita tak mungkin menjawab suatu permintaan atau permohonan dari laki laki yang bukan suaminya itu. Perlahan tapi pasti, kembali bibir mungil Vira merasakan jelajahan bibir kasar milik Pak Nur. Awalnya perlahan dan hati hati, namun kemudian maju masuk ke dalam rongga mulutnya. Memang Vira sempat membaui bau yang tak sedap dan seakan mau muntah oleh aroma mulut Pak Nur, namun ia tak sempat menolak atau meludah. Vira hanya menerima olahan dan jelajahan lidah Pak Nur yang bermain di dalam rongga mulutnya. Ini kali kedua bibirnya di jelajahi bibir laki laki lain selain suaminya.


Bibir Pak Nur adalah yang kedua kalinya setelah tadi sore. Lambat laun karena olahan dan ciuman bibir Pak Nur yang semakin panas mau tidak mau Vira pun membalasnya. Ia tak lagi memandang dengan siapa ia berciuman bibir saat itu. Vira pun membalas setiap belitan dan tarikan nafas dari mulut pak Nur. Tak sadar Vira pun menghirup ludah pak Nur begitu juga sebaliknya. Aktifitas kedua kedua orang yang berlainan jenis itu mampu menghangatkan tubuh keduanya dan Vira tak merasa kedinginan lagi. Keasikan dua orang yang memiliki nafsu terpendam itu semakin menjadi jadi. Pak Nur pun seakan di beri lampu hijau untuk melakukan hal lain kepada tubuh ibu muda itu, tak perlu izin dariVira, tangan Pak Nur pun akhirnya aktif membelai buah dada yang masih tertutup kaos Vira. Tanpa izin dari pemiliknya jari tangan Pak Nur seolah punya mata terus membelai dan sedikit meremas agar tubuh Vira semakin terbakar birahi. Vira pun  seakan tak peduli lagi area sensitif di tubuhnya dijamah tangan asing milik pak Nur, padahal selama ini ia hanya mengizinkan suaminya seorang. Tiada penolakan dan perlawanan dari Vira saat itu. Pak Nur yakin tak lama lagi Vira akan merengek rengek minta di mesrai kepadanya.


Penerimaan tubuh Vira membantu memperlancar tindakan Pak Nur. Kaos tipis yang melekat di tubuh sintal dan mulus Vira ia angkat dan lepaskan. Vira pun seakan membantu melepaskan busana luarnya saat itu, tak sulit memang. Kaos luar Vira pun akhirnya lepas dan tersisa bra halus yang menutupi gundukan buah dadanya yang berukuran 34b. Vira sempat menutupkan kedua tangannya di dadanya. Ia seakan malu dan jengah dilihat Pak Nur dalam keadaan seperti itu. Pak Nur tak ingin membuka kedua tangan yang menutupi dada Vira. Ia hanya merayap dan menciumi leher putih mulus yang teruntai kalung emas.


Bibir kasar pak Nur melata di leher jenjang milik Vira. Vira merasa geli dan akhirnya hanya meraih kepala Pak Nur yang berada di lehernya saat itu. Ia lupa menutup buah dadanya dengan tangannya. Pak Nur lalu terus turun dan menciumi belahan dada yang masih tertutup bra putih itu. Tubuh putih mulus Vira semakin tak mampu menahan percikan yang di bakar pak Nur. Tubuh Vira seolah menurut setiap gerakan dari jemari pak Nur. Jujur dalam hatinya Vira tak menerima perlakuan laki laki tua itu pada dirinya, namun rasa gersang dan haus belaian yang ia alami akhir-akhir ini membuatnya menurut saja. Pak Nur tak membuang waktu berlama lama, tangannya dengan cekatan berhasil melepas pengait bra milik Vira. Vira terlihat kaget dan malu.


"ah,,,pak...saya malu.." jeritnya sambil menutup kembali payudaranya yang putih mulus bergelayut di dadanya saat itu.

"jangan malu Bu Vira,..kan hanya kita berdua di sini" jawab Pak Nur menyakinkan Vira.

"ibu tak akan saya sakiti.." terangnya lagi.


Vira tahu arah tujuan kata kata Pak Nur. Namun ia tak mencegah semuanya itu terjadi sebelum terlambat. Vira seolah telah tersihir oleh kata kata yang diyakinkan Pak Nur. Kini Vira malah semakin menyerahkan tubuhnya dibaringkan Pak Nur di dipan yang dilapisi busa itu. Ia hanya memicingkan matanya menanti yang akan dilakukan laki laki tua itu pada tubuhnya. Pak Nur membaringkan tubuh Vira yang lemah dan telah menurut itu. Lalu pak Nur pun berusaha melepas celana panjang yang dikenakan Vira saat itu. Tak susah memang celana panjang itupun lepas dari tubuh pemiliknya.


Kini di atas dipan kayu itu tubuh Vira perlahan ditelanjangi Pak Nur. Vira tak tahu kenapa ia kini malah membiarkan tubuhnya ditelanjangi orang yang bukan suaminya itu. Padahal jauh di lubuk hatinya ia tak menginginkannya. Selepas dilucuti celana panjangnya kini, pak Nur menaiki dipan kayu itu. Vira kaget karena entah sejak kapan pak Nur sudah bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana dalam saja. Di tubuh telanjang pak Nur terlihat penuh tattoo yang melambangkan bahwa ia adalah tetua di daerah itu. Di antara tattoo di tubuh Pak Nur ada sebuah tattoo salib yang berada tepat di bawah pusarnya. Vira tak sanggup lagi memandang tubuh Pak Nur lebih ke bawah lagi sebab ia merasa jengah melihat organ intim milik Pak Nur yang juga ditumbuhi bulu bulu lebat itu.


Penerimaan Vira terhadap pak Nur menambah semangat pria itu untuk memperlakukannya dengan sebaik baiknya malam itu. Ciuman dan gigitan pak Nur di leher dan buah dada Vira seakan minyak yang membakar api birahinya saat itu. Vira seolah kembali menemukan dunianya yang hilang selama ini. Dengus dan rintihan seolah minta agar pak Nur menuntaskan gairahnya disadari pak Nur. Meski saat itu di mata Vira terpejam dan ada lelehan air mata disudutnya. Namun pak Nur tahu itu adalah permintaan yang tulus dari seorang wanita matang dan dewasa itu. Ia akan memberikan apa yang diingini wanita cantik istri Haryadi.


Apalagi Pak Nur juga beranggapan ia sudah memberikan seorang wanita pada Haryadi dan Haryadi juga harus membalasnya dengan merelakan Vira untuknya. Itulah yang ada di benak Pak Nur. Sejauh ini Vira tak mengetahui apa yang terjadi dengan suaminya yang telah terjerat gadis di pulau itu. Sedangkan dirinya saat ini benar benar tak mampu berpikir jernih lagi sebagai wanita terpelajar, terhormat dan memiliki seorang suami. Vira seolah menyerah bulat bulat pada Pak Nur yang seorang laki laki asli pulau itu dan memiliki kekuasaan dan pengaruh di pedalaman itu. Pada saat  itu Pak Nur tetap sibuk membakar nafsu Vira agar dapat dengan mudah ia eksekusi. Pilinan dan remasan tangan Pak Nur perlahan di kedua buah dada ibu muda itu mampu membuat Vira semakin larut. Pilinan tangan dan jilatan berpengalaman laki laki tua itu mengalahkan pengalaman yang dimiliki Vira selama ini. Apalagi selama ini Vira hanya di perlakukan monoton oleh suaminya dalam berhubungan badan.


Vira semakin terjerat oleh alunan gelombang yang di pancarkan jari tangan Pak Nur di sekujur tubuhnya. Pak Nur tahu dan mengerti Vira amat butuh bimbingannya saat itu. Tiba tiba pak Nur berhenti dan terlihat ia mengambil patung salib yang berada di dinding pondok itu. Patung itu ia turunkan dan letakkan di dinding sejajar dengan kepala Vira. Kemudian terlihat Pak Nur seolah berdoa dan berkomat kamit yang tak jelas di dengar Vira. Saat itu Vira hanya memejamkan mata dan hanya menunggu apa yang akan terjadi malam itu. Kemudian pak Nur mengambil air yang berada di sebuah bejana yang berada di dalam kotak kecil di dinding itu. Air itu di percikan ke tubuh Vira mulai dari atas kepala hingga ke kaki Vira. Mata Vira terbuka dan terkejut karena dinginnya air yang di percikan Pak Nur saat itu.


Dengan suara halus dan seolah menahan sesuatu Vira bertanya,


"air apa itu Pak Nur? dingin sekali.." kata Vira.

Lalu dijawab pak Nur,

"itu air suci agar kamu bisa tenang pikiran dan tak diganggu oleh pikiran pikiran negatif" terang pak Nur lagi.


Mendengar keterangan pak Nur Vira pun diam dan kembali memejamkan matanya. Percikan air tadi adalah ritual yang biasa dilakukan Pak Nur pada setiap wanita yang akan ia gauli dan biasanya setelah ia percikan air itu, wanita itu akan menurut pada tutunan dan bimbingan laki laki yang akan menggaulinya saat itu. Selesai ritual itu, Pak Nur kembali menyapu bibir Vira dan disambut Vira dengan penuh nafsu. Bulu bulu di tangannya seolah berdiri setelah disiram air percikan tadi. Kuluman dan jelajahan lidah pak Nur di rongga mulut Vira mampu kembali menggiringnya mengikutinya. Sedang tangan Pak Nur tak tinggal diam. Dengan intens jarinya kembali meremas dan memilin buah dada putih yang kini sudah di beri cupangan tanda oleh pak Nur. Vira pun menyorongkan dadanya ke arah bibir Pak Nur yang kini sudah di lehernya sambil mengigit kecil.


"Aduh pak....mmmm....Pak...pak..!!" hanya itu yang terdengar dari mulut Vira.


Vira lalu meraih kepala Pak Nur seolah tak mau ditinggalkan oleh gigitan dan jilatannya. Kini ia serasa amat membutuhkan Pak Nur dan rasa gatal di organ pusat kewanitaannya minta dibelai. Sejauh ini Pak Nur belum mau menganggu bagian intim Vira itu. Ia hanya bermain di sekitar dada dan leher belakang Vira yang putih bak pualam itu. Sesekali ia jilat juga liang telinga wanita cantik itu. Vira semakin tak sabar oleh langkah dan tindakan Pak Nur. Ia semakin merengek dan menghentakkan kakinya. Tak lama kemudian tangan Pak Nur turun kearah bawah pusar Vira yang masih tertutup cd putih itu. Sempat dilihat pak Nur selangkangan Vira itu mulai basah oleh cairan dari dalam tubuhnya padahal saat itu memang kedua tubuh mereka sudah amat basah dan licin oleh keringat. Tangan pak Nur masuk dari atas karet cd Vira, salah satu jari telunjuknya mencari celah yang terasa agak sempit itu. Terasa oleh Pak Nur ada cairan lengket yang mulai merembes keluar. Vira merasakan jari pak Nur masuk ke areal intimnya terkejut dan kaget.


Dengan melepaskan tangannya dari kepala Pak Nur, tangan putih yang ditumbuhi bulu bulu halus dan melingkar gelang emas itu berusaha menarik keluar tangan Pak Nur dari organ kewanitaannya itu. Namun apalah daya Vira saat itu, selain ia sudah terbakar nafsu dari Pak Nur ia pun berada di posisi sulit saat itu. Kini tangannya hanya mampu memegang pergelangan tangan Pak Nur yang asik di dalam celana dalamnya. Tak hanya jari telunjuknya yang masuk ke celah vagina Vira, jari tengah pak Nur yang kokoh itu juga masuk. Vira hanya mampu menahan gairah yang tak lama lagi akan memuntahkan lahar dari liang sempitnya. Dan memang tak lama kedua jari Pak Nur asik memilin daging kecil di celah milik Vira itu. Tiba tiba Vira menjerit dan tubuhnya menegang.


"Awww,,,,ughhh,...Pak ampun....uhhhhhhhh,,,,uh.uh….!!"

dengan putus putus suara itu keluar dari mulut Vira.


Dari jarinya pak Nur tahu Vira sudah orgasme dan di jari tangannya dibasahi lendir orgasme Vira. Tubuh ibu muda cantik itu kemudian melemah dan telentang di dipan dengan memejamkan mata menikmati orgasme yang baru saja ia dapatkan dari jari tangan Pak Nur. Pak Nur lalu menarik keluar jari tangannya dari liang vagina Vira. Tampak kedua jarinya basah oleh lendir kenikmatan Vira. Pak Nur lalu menjilat kedua jarinya hingga bersih, Vira sempat melihat perbuatan Pak Nur itu jauh di lubuk hatinya Vira amat merasa aneh dengan kelakuan laki laki tua itu, selama ia berhubungan dengan suaminya yang ia cintai belum pernah ia melihat kejadian yang seperti itu. Ia merasa Pak Nur amat menghargainya dan mampu memberinya kenikmatan sexual yang tak didapatnya dari suaminya, meski saat itu ia tak melakukan coitus. Pak Nur lalu sedikit menjauh dari tubuh Vira. Rupanya ia melepas celana dalamnya. Dari temaram cahaya lampu dinding di pondok itu, tersembulah kelamin Pak Nur yang amat panjang dan besar seperti ular pyton itu. Kelamin Pak Nur seolah belum bangun saat itu. Vira tak menyadari bahaya yang akan ia alami malam itu. Bisa saja ia akan mengalami pingsan jika bersebadan dengan laki laki itu, namun sejauh itu ia masih terdiam dan tertidur menikmati saat orgasme yang jarang ia alami.


Pak Nur menuju kearah Vira dan menangkupkan kedua tangannya ke buah dada yang sudah sering ia pilin tadi. Pilinan dan remasan itu membuat Vira kembali terbangun dari mimpinya. Vira merasakan lidah pak Nur melata di sekujur tubuhnya. Mulai dari kakinya hingga ke pusar dan melewati vaginanya. Jilatan lidah pak Nur tanpa jijik sedikitpun terus beranjak hingga ke buah dada dan leher juga jidatnya yang sudah mengering. Vira merasakan jilatan pak Nur seperti api yang kembali membakar nafsunya. matanya kembali terbuka meski dengan pandangan sayu dan letih setelah orgasme tadi. Sejauh ini ia belum melihat senjata pamungkas milik pak Nur sedang mengancamnya.


Pak Nur lalu berusaha melepas celana dalam putih Vira yang basah oleh keringatnya. Vira tampak agak keberatan karena saat itu kesadarannya seakan mulai kembali, namun Pak Nur dengan sedikit paksaan berhasil melepas benda terakhir di tubuh istri Haryadi itu. Kini Vira sudah tak tertutup apa apa lagi. Tubuh putih mulusnya sudah terbuka semuanya seperti bayi dewasa yang putih bak pualam itu. Tanpa terdengar oleh Vira karena hujan kembali deras malam itu, pak Nur berdecak kagum melihat kesempurnaan tubuh indah milik Vira itu. Ia amat mengagumi keindahan yang ada di tubuh yang kini tergolek di dipan kayu itu. Tubuh putih itu seolah minta dikasihi dan dilindungi dari gangguan udara dingin malam itu. Vira hanya berusaha merapatkan kedua kakinya. Meski tadi organ kewanitaannya telah dicabuli oleh jari Pak Nur. Namun hanya itu yang bisa ia lakukan untuk melindungi benda miliknya yang berharga itu. Pak Nur amat bersyukur dan sempat berdoa dengan karunia yang ia dapatkan itu. Ia amat berharap dapat membimbing Vira untuk bersama sama mengarungi malam itu berdua dengannya untuk melaksanakan persebadanan. Dari temaram cahaya Vira hanya mampu menunggu saat saat yang akan membawanya ke mana tujuan Pak Nur saat itu. Ia tak tahu lagi bagaimana untuk menggagalkan usaha laki laki yang ia kenal di pulau itu, padahal saat itu ia amat membutuhkan pertolongan suaminya agar ritual malam itu gagal. Namun suami yang ia harapkan membantunya malam itu, tanpa sepengetahuannya kini sedang berada di atas tubuh wanita lain.


Melihat Vira diam dan memejamkan mata, Pak Nur meraih tangan halus ibu muda itu. Ia membawa tangan Vira ke arah kemaluannya untuk dipegang Vira sebagai pengenalan terhadap benda miliknya. Saat Vira memegang benda yang mulai mengeras seperti tonggak kayu itu, ia tersadar itu adalah kelamin milik Pak Nur. Vira buru buru melepaskan pegangannya. Ia kaget tak mengira benda milik Pak Nur sepanjang dan sebesar itu. Amat asing baginya, selama ia praktek kedokteran dulu tak pernah ia menemui benda yang sekuat dan sepanjang itu. Diam diam dalam dadanya berperang rasa takut dan jijik jika benda itu memasuki dirinya. Pak Nur sadar itu amat berat bagi Vira, apalagi kini ia menyadari kemaluannya amat panjang dan besar namun ia tetap akan melakukannya juga malam itu bersama Vira.


Lalu Pak Nur pun tak lagi memaksa Vira memegang kemaluannya. Pak Nur lalu menciumi bibir Vira agar pikiran ibu muda itu rileks kembali. Rabaan dan pilinan didada Vira mampu mengembalikan nafsu gairah Vira kembali. Pak Nur lalu menuangkan kembali air dari bejana tadi ke kepala Vira hingga kakinya. Seolah mendapatkan pengaruh dari air itu, Vira kembali diam dan menurut apa yang dilakukan Pak Nur. Pak Nur menarik tangan Vira ke arah kemaluannya untuk di pegang. Aneh, kini Vira tak lagi ketakuatan dan kuatir. Tangannya memegang batang kemaluan Pak Nur dengan erat. pak Nur menikmati tangan halus milik ibu muda itu memegang kemaluannya. Pak Nur lalu mengulum bibir dan leher Vira, lalu di telinga putih yang bergiwang berlian itu, ia membisiki Vira


"Bu...sekarang apa sudah siap untuk kawin..?" bisik Pak Nur.


Seolah bisikan itu adalah permintaan dari suaminya, Vira hanya membuka sedikit matanya lalu terpejam kembali. Pak Nur tahu itu adalah persetujuan Vira yang diucapkan dengan isyarat padanya. Persetujuan yang didapat Pak Nur dari Vira itu menggembirakan laki laki tua itu. Lalu ia angkat kedua kaki Vira hingga terkuak liang sempit yang pernah dipakai Haryadi, suaminya.


Dengan lidahnya ia jilati telapak kaki Vira berulang ulang hingga ke pangkal pahanyanya yang putih sulit di ungkap dengan kata kata itu. Liang kewanitaan Vira ditumbuhi bulu bulu halus tertata rapi dan indah. Tampak pemiliknya amat memelihara dan menjaga area kewanitaannya. Selain itu kulit tubuh Vira amat terawat tak sama dengan  kulit wanita di pulau itu. Jilatan dan permainan lidah pak Nur diliang kewanitaan Vira membuatnya tak melihat dirinya lagi. Hentakan kakinya di kepala pak Nur seakan menambah nafsu pria itu untuk memesuki celah itu.


"Aduh....pak...ampun....pak...sudahhhh pak..!"

Hanya itu yang keluar dari bibir mungil Vira.


Liang itu kemudian mulai berlendir siap untuk dimasuki kemaluan pak Nur. pak Nur memposisikan dirinya sejajar dengan tubuh Vira. Kedua paha Vira dibukanya untuk memudahkan ia masuki. Sesaat sebelum memasuki liang itu Pak Nur kembali berdoa. Sebelum memasuki liang Vira, Pak Nur membuka kulit yang menutupi topi bajanya. Sebab kemaluannya memang tak disunat. Dan perlahan benda panjang miliknya mulai meretas jalan. Sedetik mulai berlalu, Pak Nur dengan kesabaran memasuki liang sempit itu. Agak sulit memasuki liang milik Vira. Kedua tangan Vira ia raih dan jari jarinya ia pegang dengan kedua tangannya dengan poisi membuka.


"Auuw,,,,aaw,,,aduhhhh..! Pak....jangan pak jangan dipaksa pak..!!"

Jerit Vira saat pertemuan kelamin keduanya, padahal saat itu baru kepalanya saja yang masuk.


Saat itu Pak Nur seperti memerawani seorang gadis. Jerit sakit dan pegangan Vira di tangannya ditahan Pak Nur dengan kuat. Dengan sedikit dorongan agak kuat pak Nur berusaha menembus liang sempit itu dan memang kemaluan pak Nur seperti merobek sesuatu, di dalam kemaluan Vira. Rupanya selama ini Vira tidak seutuhnya di perawani oleh suaminya. Selaput daranya termasuk agak tebal dan apalagi Haryadi juga tak intens menggauli istrinya itu. Jadi Vira masih sebagai gadis perawan hingga di masuki kemaluan Pak Nur. Jerit sakit dan dengus tertahan keluar dari mulutnya. Sekujur tubuhnya telah mandi keringat karena selain nafsunya yang telah terbakar juga ia melepas kegadisannya saat itu.


Pak Nur amat berpengalaman tentang itu dan mulut mugil yang menggairahkan itu ia sumbat dengan bibirnya. Vira hanya bisa meneteskan air mata karena berbagai sebab dan salah satunya karena saat itu ia tidur dan disebadani laki laki lain. Bagi Pak Nur itu wajar saja Vira menangisi dirinya saat itu. Pak Nur belum menambah masuk kemaluannya ke liang Vira saat itu hanya sebagain saja. Ia ingin melihat ekspresi wajah cantik itu merasakan detik detik ia masuki. Kemudian tak terdengar lagi tangis sesegukan Vira. Kini Vira sudah menuruti kemauan Pak Nur. Pak Nur melanjutkan mendorong dan tak butuh waktu lama, dengan jerit tertahan di mulut Vira, semua batang kemaluan Pak Nur amblas. Pak Nur kembali mendiamkan poisinya saat itu. Ia lalu membisiki Vira


"Bu Vira, kini kita sudah kawin, apa ibu rela?" tanya Pak Nur.


Vira tak menjawab dan hanya memejamkan matanya saja saat itu. Pak Nur tak membutuhkan jawaban bibir Vira saat itu. Penyerahan diri Vira malam itu saja sudah merupakan tanda baginya bahwa wanita itu tak lagi menolak keinginannya. Pak Nur lalu melanjutkan dorongan maju mundur kemaluannya kedalam liang sempit milik Vira. Berulang ulang ia masuki dan keluarkan kemaluannya yang perkasa itu dari liang kewanitaan ibu muda itu. Yang terdengar hanya dengus Vira dan suara paha keduanya yang beradu hingga menambah semnagat Pak Nur menggagahinya. Vira akhirnya orgasme dengan mencengkram bahu Pak Nur dengan amat kuat hingga pria itu merasakan sedikit perih di bahunya. Namun pak Nur sadar Vira sudah melalui masa terence nya. Tubuh putih itu lunglai dan melemah pasrah kalah. Pak Nur tetap saja memasukan kemaluannya ke dalam liang Vira hingga ia sempat minta berhenti.


"sudah pak....saya gak kuat lagi...ampun pak..!" suara permohonan Vira pada Pak Nur.


Namun sebagai laki laki perkasa dan kuat Pak Nur tak begitu saja mau menuruti permintaan ibu muda cantik itu. Berulang ulang ia maju mundurkan kemaluannya di dalam rahim Vira hingga Vira sempat menjerit sakit dan terdiam pingsan. Meski Vira saat itu pingsan Pak Nur masih terus memaksa masuk ke kelamin Vira hingga ia pun membasahi rahim ibu muda itu dengan cairan pembuat bayi miliknya. Pak Nur ingin mebuahi rahim Vira saat itu. Bagaimanapun ia ingin melihat bagaimana jadinya jika Vira hamil oleh benihnya. Dalam keadaan pingsan itu, Pak Nur sempat melihat ke batang kemaluannya ada sedikit noda darah. Ya noda itu adalah noda keperawanan Vira yang masih utuh dan Pak Nur yang mengambilnya. Pak Nur adalah laki laki kedua yang berhasil mengambil keperawanan Vira, dengan kemaluannya yang cukup besar dan panjang itu. Ada kebanggaan tersendiri di diri pak Nur saat itu.


Malam itu perkawinan kedua mahluk berlainan suku, dan usia juga agama itu terlaksana dengan lancar tanpa hambatan. Pak Nur amat berbahagia atas karunia yang ia dapat. Ia sangat bersyukur karena telah berhasil membimbing Vira dalam persetubuhan malam itu. Pak Nur pun berdoa agar Vira bisa jadi miliknya selama di pulau itu. Pak Nur pun akhirnya tertidur dengan berpelukan dengan tubuh telanjang Vira seperti suami istri yang baru saja menjalani malam pertamanya. Subuh harinya keduanya terbagun, masih membekas di mata Vira sisa sisa tangis dan penyesalan malam itu. Ia turun dari dipan namun dilarang Pak Nur.


"Bu Vira di sini saja dan jangan berjalan dulu, masih sakit kan..?"imbuhnya.


Vira diam saja dan menagis ia merasakan pangkal pahanya terasa nyilu dan sakit jika digerakan. Tiba tiba Vira sadar subuh itu ia tak berbusana. Dengan kedua tangannya ia tutup buah dadanya yang sudah merah merah itu. Pak Nur merasa iba pada Vira dan berusaha mencari kain di lemari. Rupanya dalam lemari masih ada kain batik dan diberikannya pada Vira. Kemudian ia mengumpulkan pakaian Vira yang tertumpuk di meja. Busana itu diserahkan pada Vira.


"Apa ibu mau mandi nanti?" tanya Pak Nur.

"nggak usah Pak.." jawab Vira,

"hujan kan sudah berhenti, bagaimana jika kita pulang saja..?" sarannya lagi.

"Ya itu yang saya ingin bilang pada Ibu, namun apa ibu sudah kuat untuk berjalan..?" tanya Pak Nur lagi.

"ya, bisa Pak, tapi bapak bimbing ya..?" pinta Vira.


Pak Nur dan Vira akhirnya meninggalkan pondok kenangan itu pagi harinya. Selama perjalanan di atas perahu keduanya hanya diam membisu sesekali Pak Nur memandang Vira yang malam tadi ia sebadani. Tampak mata Vira menyimpan kesedihan dan bekas air mata. Pak Nur membuka percakapan.


"ibu marah pada saya?"

Vira menukas,

"marahpun sudah tak ada gunanya Pak, semua sudah terjadi.." jawabnya singkat.


Pak Nur kembali diam dan tak ingin memancing ibu muda itu tersulut emosi lagi. Beberapa jam kemudian mereka sampai di kediaman Vira setelah di bonceng Pak Nur dengan sepeda motor yang ia titipkan. Sesampai di rumah Vira langsung masuk dan Pak Nur pun kembali pulang.


Selama di rumah Vira mandi dengan sebersih bersihnya seolah menghilangkan noda yang menempel di tubuhnya. Setelah mandi ia pun makan makanan karena lapar yang menyerang juga karena aktifitas bersama paka Nur. Berbeda dengan pak Nur selama perjalanan pulang ia bersiul siul senang sebab dapat mewujudkan keinginannya pada Vira yang cantik. Tak sia sia usahanya selama ini. Setiba di rumah pak Nur disambut Bu Nur. Melihat sikap Pak Nur yang gembira itu, Bu Nur tahu, suaminya berhasil mewujudkan keinginannya.


"bagaimana Pak?,berhasil..?" tanya Bu Nur.

"Ya, sukses Bu, apalagi Vira itu jarang digauli suaminya bu.." terang pak Nur pada Bu Nur.


Tak sedikitpun wanita itu cemburu terhadap suaminya itu. Dengan demikian ia tak akan bekerja keras lagi melayani nafsu Pak Nur. Kini sudah ada Vira yang akan menggantikan posisinya. Bagi Bu Nur, merasa Pak Nur sudah kembali seperti sedia kala lagi dan berharap Vira bisa lama di pulau itu dan syukur syukur menetap. Itu adalah keinginan keluarga itu. Setelah kejadian ia dan pak Nur di pondok itu, Vira sedikit jadi pendiam, namun selama bersama suaminya ia tak mau memperlihatkan sikapnya. Ia biasa saja melayani suaminya, namun kini, ia merasakan hambar saja dan hanya menjalankan kewajibannya sebagai istri di tempat tidur. Vira tak merasakan puas lagi berhubungan bersama suaminya. Ia masih merasakan romantisme saat bersama Pak Nur. Meski saat itu ia melakukannya di sebuah pondok dan suasana pedalaman, namun kejadian itu mampu membuatnya utuh sebagai wanita dewasa. Begitu juga saat Haryadi pulang dari base camp dan mereka melakukan hubungan suami istri, hanya kehambaran yang dirasakan Vira saat bersama suaminya itu. Dalam hatinya Vira amat mengagumi keperkasaan Pak Nur dan cara pak Nur memperlakukannya amat mengesan di palung hatinya. Sekembalinya Haryadi ke base camp, Vira kembali kedalam rutinitasnya bersama Bu Nur di puskesmas. Sejauh ini Bu Nur tak mau bertanya atau menyinggung nyinggung kejadian Vira dengan suaminya. Vira pun sempat bertemu dengan pak Nur saat ia akan mengantar Vira ke rumahnya. Selama perjalanan dengan sepeda motor, Vira hanya diam tak mau membuka pembicaraan. Pak Nur tahu kejadian tempo hari amat memukul psikologis Vira yang memang wanita baik baik.


Sesampai di rumah Vira, Pak Nur di tawari minum kopi.


"ngopi dulu pak?" basa basi Vira menghilangkan kekakuannya sambil membuka kunci rumah..

"boleh Bu, sudah lama saya gak minum kopi bikinan ibu.." jawab pak Nur.


Kemudian keduanya masuk ke dalam rumah dan tanpa disuruh Pak Nur langsung duduk di ruang tamu. Sementara Vira terus ke arah dapur membikinkan kopi buat pak Nur. Tak lama kemudian Vira keluar dengan membawa segelas kopi dan sepiring kue kecil


"diminum kopinya Pak dan kue hanya ini yang ada" jelasnya

"Ah jadi merepotkan Bu..", sahut Pak Nur.


Vira tak menjawab lagi perkataan Pak Nur, ia hanya memperhatikan Pak Nur minum kopi bikinannya.


"Enak amat kopinya Bu.."puji Pak Nur.

"ah..biasa saja koq pak" jawab Vira,

"ini kopi saya beli di Padang bulan kemaren bersama Mas Haryadi" terang Vira,

"bulan ini mas Haryadi tak bisa mengantar saya ke Padang, apa bapak Bisa menemani saya ke Padang minggu depan?" tanya Vira.


Memang Haryadi tak bisa menemani istrinya itu ke Padang sebab ada kesibukan yang tak bisa ia tinggalkan di base camp, malah Haryadi meyarankan istrinya minta bantuan Pak Nur atau Bu Nur ke Padang dan itu diizinkan suaminya. Mendengar permintaan Vira saat itu, Pak Nur langsung menyetujui sebab mana mungkin ia akan membiarkan Vira yang cantik itu naik kapal sendirian ia ingin menemaninya apalagi sudah diizinkan suami wanita itu.


"Bagaimana Pak?" tanya Vira.

"Baiklah Bu, saya bersedia ke Padang menemani ibu" jawab pak Nur lagi.


Di rumah Vira Pak Nur disuguhi kopi dan makanan kecil. Sambil menyuruh Pak Nur menghabiskan minumannya Vira minta diri untuk ke kamar sebentar. Pak Nur merasa itu adalah undangan Vira buatnya untuk ke kamar juga mengulangi kejadian beberapa hari yang lalu. Jika Vira marah padanya sejak kejadian itu, mana mungkin Vira akan mengajaknya menemani ke Padang.


Sambil menutup pintu luar, Pak Nur masuk ke kamar Vira. Saat itu Vira sedang akan mengganti pakaiannya. Ia tak menduga Pak Nur akan masuk kamarnya saat itu.


"Pak...jangan masuk Pak....nanti ketahuan orang Pak..!" kata Vira.

"Bu Vira jangan takut, di pulau ini tak ada yang berani pada saya" terang Pak Nur.

"Tapi....kan bisa lain waktu Pak.." Vira mencoba mengelak lagi

"Apa bedanya Bu? saya juga tahu ibu juga sedang kepingin kan..?" kata Pak Nur.


Vira sudah tak mampu membalas argument laki laki tua tetua adat itu. Ia pun kini diam dan pasrah akan apa yang akan dilakukan laki laki itu. Perlahan pak Nur mendekat ke arah Vira dan mengulum bibir wanita itu. Vira hanya memejamkan mata menikmati kuluman laki laki tua itu. Ia dengan suka rela mau saja menerima jejahan lidah Pak Nur di dalam rongga mulutnya. Begitu juga rabaan tangan Pak Nur pada buah dadanya tak ditepis Vira lagi justru ia ingin terus dirabai dan di pilin tangan tangan lincah Pak Nur. Tiba tiba ia terkejut karena Pak Nur menghentikan rabaan juga kuluman di bibirnya.


"Bu Vira, siang ini saya ada perlu, malam nanti aja saya kembali ke sini ya Bu..?" kata Pak Nur.


Dalam hati Vira mendongkol karena ia merasa di permainkan laki laki tua itu. Padahal ia baru akan meningkat nafsunya saat itu, dan laki laki memang egois gerutu hatinya. Pak Nur keluar kamar dan menghabiskan kopi yang dibikinkan Vira. Sambil izin keluar rumah, Pak Nur sempat mencium bibir Vira sesaat dan meraba selangkangan ibu muda cantik itu dengan berkata,


"sabar ya Bu, malam nanti kita selesaikan..", bisiknya di telinga putih Vira.


Muka Vira saat itu hanya memerah mendengar perkataan Pak Nur itu. Pak Nur pun berlalu dan pintu ditutup Vira. Sore harinya Vira sudah masak dan mandi dengan sebersih bersihnya sebab malam itu ia akan bersama Pak Nur. Kamarnya pun ia bersihkan dengan mengganti spreynya dengan yang baru dan menyemprotkan pewangi ruangan. Selama ini Vira jarang melakukannya jika suaminya pulang. Tempat tidurnyapun ia tata sedemikian rupa agar menimbulkan suasana romantis dan Ac pun ia hidupkan dengan suhu yang cukup sejuk. Tak lupa ia pun memakai parfum Bulgari kesukaannya.


Vira mengenakan pakaian kemeja tidur dan celana pendek sebetis. Siang tadi ia telah memasak makanan untuk makan malam bersama laki laki tua itu. Terlihat saat itu Vira amat membutuhkan kedatangan Pak Nur ke rumahnya dan ingin ia layani dengan baik seperti seorang istri menunggu suami tercinta datang. Namun sore itu tiba tiba cuaca berubah gelap dan hembusan angina yang semakin kencang. Tak lama kemudian hujanpun turun dengan derasnya. Sempat Vira merasa pesimis laki laki tua itu akan datang. Hujan turun tanpa henti dan senjapun menjelang. Suasana sekitar rumahnya semakin sepi dan Vira pun mengunci pintu ruang tamunya. Harapannya seakan pupus saat itu melihat hujan yang tak kunjung reda. Virapun akhirnya hanya memainkan laptopnya, namun rasa gelisah dan harap harap cemas semakin ia rasakan. laptop tak mampu menghilangkan kegundahan hatinya saat itu. Akhirnya ia matikan laptopnya dan beranjak ke kamarnya. Di atas ranjang peraduan yang biasa ia tiduri bersama suaminya, ia rebahkan tubuh sintalnya, matanya tak juga mampu terpejam. Bunyi ketokan di pintu jendelanya membuat Vira bangun dari baringnya.


"siapa?" tanyanya.

"saya bu" terdengar suara Pak Nur.

"buka aja pintu belakang bu...saya akan masukkan motor di dapur saja" terang suara Pak Nur dari balik jendelanya.


Vira pun keluar kamarnya dan membuka pintu dapur. Terlihat Pak Nur dengan mantel hujannya masuk sambil mendorong sepeda motornya.


"Hujannya deras Bu, dari tadi gak berhenti berhenti, apalagi mantel ini juga robek makanya pakaian basah semua", kata Pak Nur.

"Ya Pak" jawab Vira lagi sambil memberikan sebuah handuk kepada Pak Nur.


Pak Nur pun membuka mantel hujannya yang basah dan menghapus air hujan di tubuhnya. Mantel hujan tak begitu bisa melindunginya dari air hujan, pakaiannya basah, Vira pun berinisiatif memberikan pakaian ganti milik suaminya ke Pak Nur untuk ia pakai.


"ini baju mas Har..Pak,,,saya rasa muat", kata Vira.


Pak Nur lalu kekamar mandi dan mengenakan baju pinjaman itu. Tak lama kemudian ia keluar dengan memakai kaos Haryadi. Pak Nur lalu mengambil sebuah bungkusan dari sepeda motornya. Sambil mengeluarkan rantang dan memeberikannya pada Vira.


"Ini tadi ibu menitipkan lauk buat Bu Vira"

"Duh koq repot amat pak.." basa basi Vira sambil menyambut rantang itu,

"apa isinya Pak?" tanyanya.

"Itu ada sop...yang dibikin tadi siang." terang Pak Nur,

"mungkin aja Bu Vira lapar kan bisa makan sop hari hujan begini" kata pak Nur lagi.


Vira pun meletakkan rantang sop itu di meja makannya. Ia juga melihat Pak Nur mengeluarkan sebuah botol yang anggur dari bungkusan di sepeda motornya. Vira tak bertanya lagi sebab ia menduga mungkin saja Pak Nur sudah terbiasa minum anggur agar tubuhnya hangat karena cuaca amat dingin malam itu. Lalu Vira mengajak Pak Nur makan malam. Namun ternyata Pak Nur sudah kenyang karena sudah makan di rumahnya sebelum berangkat tadi.


"apa perlu saya buatkan kopi Pak?" tanya Vira lagi.

"Ah nggak usah Bu, kan ada anggur ini", jawabnya lagi.


Pak Nur mengambil gelas dan membawa botol anggur itu ke ruang tengah.


"Tadi ibu sudah tidur ya?" tanya Pak Nur.

"Belum Pak", jawab Vira lagi.

"Ah ibu pasti lagi nunggu saya ya?" Pak Nur bertanya lagi.

"Ah siapa bilang?" bantah Vira bersemu merah merasa malu ditanya demikian.

"Yah...kalau begitu kita ke kamar aja ya Bu.." ajak Pak Nur sambil menarik tangan Vira mengikutinya ke kamar.


Vira terpaksa menurut tarikan tangan Pak Nur itu. Pak Nur juga sempat mematikan lampu ruang tamu dan semua pintu telah dikunci Vira semenjak Pak Nur datang tadi. Sesampai di kamarnya, Vira didudukkan Pak Nur di ranjang yang bersih dan wangi itu.


Botol dan gelas anggur ia letakkan di meja kecil yang berada di samping ranjang. Lalu lampu di stel meredup oleh Pak Nur. laki laki itu lalu mendekat ke arah Vira dan mengecup bibir yang ranum dan telah siap menunggu itu. Kuluman dan jelajahan lidah Pak Nur di mulut Vira dibalas wanita cantik itu dengan sepenuh hati. Pak Nur lalu melepaskan satu demi satu kancing kemeja tidur Vira hingga terlihat bra hitam yang menutupi buah dada yang putih itu. Amat indah dilihat dan menimbulkan nafsu bagi laki laki yang melihatnya apalagi seuntai kalung berlian putih menambah kecantikan dan keindahan leher jenjang milik ibu muda itu.


Perlahan bibir dan lidah Pak Nur turun ke leher jenjang yang mulai berkeringat itu. Vira seperti seorang pengantin wanita yang menunggu dibimbing suaminya. Ia menurut saja saat itu, kejadian di pondok pedalaman beberapa saat lalu membuatnya merindukan kembali saat bersama laki laki tua itu. Lidah Pak Nur melata di dinding dada Vira dan dengan tangannya Pak Nur melepas pengait bra hitam itu di punggung Vira. Bra itu ia letakkan di lantai dan mulai lah ia pilin dan remas dengan kedua telapak tangannya. Setiap sentuhan tangan Pak Nur di kulit Vira mampu membuat ibu muda itu memercikan nafsu beribu ribu perintah di syarafnya. Vira pasrah dan sesekali hanya menggerumas kepala pak Nur. Pak Nur terus dengan jilatan dan sedikit gigitan mesra di dada indah itu. Puas di dada Vira, tangan pak Nur lalu melepas celana tidur yang sebetis itu. Tak sulit memang karena Vira juga membantu membuka celananya itu. Kini di tubuh Vira hanya tersisa secarik celana dalam putih yang mulai melorot.


Laki laki itu kembali mengulum bibir Vira dan memilin payudara putih yang sudah ada cupangannya. Dengus dan rintihan Vira terdengar seolah cepat dilakukan persenggamaan. Pak Nur masih belum bertindak ke arah itu, ia masih tetap asik dengan buah dada dan leher Vira yang selama ini menarik perhatiannya. Tak lama kemudian ia pun melepas celana dalam wanita cantik itu. Cd Vira di kumpulkan bersama pakaiannnya yang lain yang telah terlepas dari tubuhnya. Kini Vira amat mempesona Pak Nur. Tak ada paksaan dan jengah dari keduanya. Liang kewanitaan Vira tampak masih rapat dan bulu halus di sekitar bibir liang itu amat mempesona dan terawat.


Perlahan nafsu kelakian Pak Nur bangkit melihat tubuh indah yang sulit diungkap dengan kata kata itu berada di dekatnya dengan pasrah. Apalagi wangi parfum Bulgari milik Vira mampu mendongkrak nafsu laki laki tua itu. Dengan nakal jari tangan pak Nur masuk ke liang sempit itu. Vira terkaget dan menggelinjang kegelian dan gelisah. rasa gatal akibat jari tangan Pak Nur di liang kemaluannya adalah rasa gatal ingin segera bersenggama. Gerakan memilin dan memutar klitoris Vira membuat ibu muda itu tambah terbakar dan berkeringat. Pak Nur menarik jarinya dan mengambil anggur di meja kecil itu. Anggur ia tuang ke gelas tak penuh memang. Ia minum sedikit dan sisanya ia basahi ke kening, leher, turun ke buah dada, perut, vagina, paha dan kedua kaki putih yang mengkilap itu. Kemudian gelas itu ia letakkan di meja kecil. Dari kaki Vira Pak Nur menjilat cairan anggur yang ia tuang itu dengan lidahnya. Vira kegelian dan merasa amat dihargai sebagai wanita. Ia hanya mampu memicingkan matanya menikmati bimbingan laki laki yang ia kenal di pulau itu.


Jilatan demi jilatan lidah Pak Nur hingga lelehan anggur itu tandas, semua tanpa ada rasa jijik d diri laki laki itu. Saat melewati liang kemaluan Vira, lidah Pak Nur memainkan klitorisnya dan sesaat Vira akan orgasme, Pak Nur menghentikan jilatannya. Vira membuka matanya dengan rasa kecewa dan kesal. Namun melihat Pak Nur terus menjilat ke atas tubuh hingga jidatnya kembali rasa kagum dan simpatinya muncul. Semua cairan anggur telah berganti dengan lelehan air ludah Pak Nur. Kini tubuh Vira sudah di mandikan air mulut Pak Nur.


Vira terlihat sudah amat siap melakukan coitus sebab kedua buah dadanya telah tegak mengacung dan kedua pahanya tanpa diminta Pak Nur sudah membuka minta dimasuki oleh Pak Nur. Pak Nur tak membiarkan Vira berlama lama menunggu nya. Perlahan ia buka paha Vira semakin melebar hingga bibir kemaluannya optimal membuka dan tubuh merekapun sudah sejajar. Kedua tangan Pak Nur diraih Pak Nur lalu ia masukkan kemaluannya ke dalam liang Vira. Tak sulit karena liang itu sudah amat basah dan siap dimasukinya. Perlahan dan menimbulkan rasa sedikit nyilu pada Vira. Ada rasa penuh di dinding rahimnya karena pergerakan gesekan pertemuan kelamin keduanya. Dengan sabar dan perlahan akhirnya kemaluan Pak Nur masuk meski tak seluruhnya. Tiada rasa sakit dirasa Vira saat itu, namun bagi Pak Nur ia belum semuanya masuk.


"Bu....ditahan ya Bu, ini belum semuanya..", bisik pak Nur di telinga Vira.


Vira hanya mengangguk. Pas Pak Nur mendorong semua batang penisnya masuk, ia terlonjak menjerit.


"Aduh,,,,,sakit Pak, tahan dulu", mohonnya.

"Ini juga sudah masuk semua Bu, gak apa kan?" tanya Pak Nur.


Vira diam dan memejamkan mata saja. Lalu kedua kakinya diangkat Pak Nur ke arah bahunya. Vira merasa nyaman saat itu, karena tak sakit lagi, yang ada hanya rasa gatal dan penuh di dalam rahimnya. Pak Nur lalu menarik dan mendorong kemaluannya ke dalam liang milik Vira berulang ulang. Kini hanya terdengar dengus dan rintihan kenikmatan kedua anak manusia berlainan jenis dan usia itu berulang ulang. Beberapa menit kemudian Vira menjerit karena orgasme telah ia dapatkan. Ia mencengkram kedua bahu laki laki itu dengan erat. Pak Nur masih terus maju mundur dan masuk sedalam dalamnya di liang sempit dan hangat milik wanita muda cantik itu. Vira telah mendapatkan orgasmenya. Tubuhnya melemah pasrah diam dan mengangkang. Pak Nur amat pengalaman dalam hal itu, Vira boleh saja terpelajar dan mapan secara kehidupan dan modern dalam kehidupannya, namun dalam hubungan sex ia masih hijau.


Kini Pak Nur masih membimbing wanita bersuami itu. Kedua buah dada Vira ikut bergoyang karena gerakan laki laki penuh tattoo itu. Vira hanya dapat melihat dan memperhatikan gerakan maju mundur pak Nur memasuki dirinya dan yang terlihat olehnya adalah tato salib bawah pusar Pak Nur antara kemaluan dan pusarnya itu seolah membuat laki laki itu amat percaya diri membimbingnya dalam hal itu. Kemudian gerakan Pak Nur semakin kuat dan cepat, Vira sudah tak kuat lagi mengikuti Pak Nur karena ia sudah 2 kali orgasme. Pak Nur menumpahkan air cintanya di rahim Vira dan membasahi liang itu. Gerakannya seolah tak ingin lepas dari liang itu dan organ intim keduanya terlihat menyambung dengan sangat eratnya. Tubuh tuanya yang sudah amat basah oleh keringat dan sebagian jatuh ke tubuh Vira. Tubuh laki laki itu ambruk memeluk tubuh telanjang di bawahnya. Tak lama kemudian keduanya tertidur dengan nyenyak. Tengah malam Vira terbangun karena merasakan hawa dingin mulai menusuk tulangnya. Ia memperhatikan tubuh telanjang laki laki yang telah berpindah di sampingnya. Tampak dengan nyata olehnya benda panjang milik Pak Nur. Rasa keingintahuannya menuntunnya untuk memegang benda itu. Benda itu memang tak disunat namun mampu membuatnya puas dan sulit untuk ia ungkapkan. Pegangan tangan mungil Vira membangunkan Pak Nur dari tidurnya.


"ibu mau dengan benda itu bu..?" bisik pak Nur di telinga Vira.


Buru buru Vira melepaskan benda yang masih lengket oleh cairan cinta dari kemaluannya juga kemaluan Pak Nur


"Nggak apa koq Bu, jika ibu mau saya tak keberatan…," terang pak Nur lagi.


Vira hanya memandang mata Pak Nur yang terlihat kuat dan memancarkan hawa maksiat amat kental itu. Vira lalu menutupkan tubuhnya dengan selimut dan berusaha untuk tidur dan membelakangi tubuh Pak Nur. Namun sia sia saja sebab tangan Pak Nur menahan gerakannya. Tubuh Vira kembali berhadap hadapan dengan Pak Nur.


"Bu..kita makan yuk...saya lapar amat", ajak Pak Nur sambil turun dari ranjang.


Laki laki itu mencari celana pendeknya dan mengenakannya.


Vira pun berusaha bangun dari baringnya dan mengumpulkan pakaiannya yang teronggok di samping ranjang. Ibu muda itu pun berpakaian tanpa mengenakan celana dalam sebab ia merasa tak nyaman sebab liang kewanitaanya masih terasa lengket dan basah oleh kegiatannya tadi bersama Pak Nur. Vira pun berjalan keluar kamar yang pintunya sudah dibuka Pak Nur. Sesampai di meja makan di dapur itu, ia melihat Pak Nur sedang menghangatkan sop yang ia bawa dari rumahnya. Tanpa segan segan Pak Nur menghidangkan makanan di meja makan. Karena Vira juga merasa lapar karena begitu kerasnya aktifitasnya tadi, ia pun melahap sop dan nasi yang disuguhkan Pak Nur.


Sop yang ia makan itu adalah sop yang dibikin Bu Nur dari daging buaya yang ada di pulau itu ditambah dengan bumbu untuk meningkatkan libido dan nafsu bagi yang memakannya. Saat itu Vira seakan merasakan khasiat dari sop yang dibawa Pak Nur. Tubuhnya merasa hangat dan nyaman dan segar. Tenaganya seolah pulih kembali. Pak Nur memandangi Vira yang melahap sop bikinan istrinya itu. Seperti sepasang suami istri, keduanya makan sambil senyum senyum dan kaki Pak Nur dengan nakal bermain di paha Vira.Vira membiarkan kelakuan Pak Nur itu. Selesai makan, mereka kembali masuk kamar. Setelah menutup dan mengunci pintu kamar, mereka pun kembali berpelukan dan saling mengulum. Seolah telah sejiwa, keduanya pun kembali saling membuka pakaiannya. Vira tak malu dan sungkan lagi tubuhnya dipandang Pak Nur dalam keadaan telanjang bulat. Sambil berbisik, pak Nur berkata pada Vira.


"Bu Vira pernah ngoral punya pak Haryadi?"


Pertanyaan itu sempat membuat Vira kaget, namun karena saat itu ia sudah di pelukan Pak Nur dan tubuhnya panas minta di cumbui, Vira hanya menggeleng. Vira lalu menjawab dengan berbisik pula bahwa ia tak pernah mengoral suaminya, namun suaminya yang sering mengoralnya. Lalu Pak Nur bilang ia ingin mengajarkannya oral sex. Awalnya Vira agak rikuh dan takut. Namun dengan kesabaran dan di bombing Pak Nur dengan lembut, akhirnya Vira mau membuka kedua bibirnya untuk dimasuki kemaluan pak Nur yang panjang.


Awalnya ia merasa jijik dan mau muntah oleh bau khas kemaluan yang tak disunat itu. Vira secara perlahan mulai mengulum dan menjilat benda yang sudah 2 kali memasuki dirinya itu. Karena Vira masih termasuk pemula, maka ia tak mampu membuat Pak Nur klimaks. Pak Nur dengan sikap yang amat melindungi dan bijaksana membelai dan menjilati semua kulit tubuh Vira hingga licin oleh air ludahnya. Vira pun semakin merasakan ia amat beharga dan disanjung sebagai seorang wanita. Pikirannya pun kini terbuka untuk menerima Pak Nur dalam kehidupannya. Dengan rabaan dan pilinan di sekujur tubuhnya, akhirnya kedua anak manusia itu kembali melaksanakan ritual perkawinannya.


Kedua tubuh itu semakin menyatu seolah tak terpisahkan oleh ruang dan waktu. Di tengah derasnya hujan dan petir yang menandakan terjadi penyerahan jiwa seorang wanita muda dan cantik itu untuk di bimbing oleh seorang laki laki tua penguasa pulau eksotis itu. Dengus dan rintihan kenikmatan tak henti keluar dari mulut Vira. Dengan sentakan kuat, akhirnya kedua manusia berlainan jenis itu saling mencapai titik tertinggi dalam hubungan badan malam tersebut. Semenjak malam perkawinannya itu, Vira semakin sulit melupakan pak Nur. Adakah ia mulai mencintai laki laki tanah Mentawai itu? Ia selalu bertanya dalam hatinya. Vira pun tak lagi mempermasahkan perbedaan yang ada di antara mereka. Jika Pak Nur berkeinginan untuk menikahinya secara apapun, ia tak akan menolaknya.


Kini  Vira sudah bulat mencintai Pak Nur. Haryadi suaminya seolah terlupa olehnya. Sewaktu mereka ke Padang, Vira tak malu mengajak Pak Nur untuk menemaninya ke sebuah pusat perbelanjaan. Di kota itu, ia membelikan pakaian keperluan Pak Nur, dan seperti pasangan penganten baru, keduanya pun menginap di sebuah hotel berbintang dan sudah diduga keduanya pun menjalani hal seperti berbulan madu. Bagi Vira, pak Nur amat berarti bagi hidupnya kini. Pak Nur seolah tahu apa yang ia ingini dan suaminya sendiri sudah tak mau peduli dengan dirinya. Selama pak Nur berasik masyuk dengan Vira, Bu Nur tak sedikitpun merasa cemburu. Justru ia merasa senang sebab ia tak akan tersiksa lagi jika berhubungan dengan Pak Nur. Sementara Vira tak keberatan jika dari hubungannya itu mengakibatkan ia hamil.


The End


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]